Selasa, 01 September 2015

Penyaluran Kredit Perbankan Pilih Wait and See karena Pelemahan Rupiah

SURABAYA –Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) membuat kalangan perbankan mulai menjaga penyaluran kreditnya. Prinsip kehati-hatian dilakukan sebagai upaya untuk menjaga agar penyaluran kredit tidak sampai macet atau non performing loan  (NPL).

Meski hingga akhir Agustus lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS stabil di angka Rp 14.000 per USD, perbankan masih ingin wait and see  terhadap kondisi pasar. “Kurs dolar AS sudah mencapai Rp 14 ribu, tentu kami (perbankan) belum bisa mengambil kebijakan. Kami masih wait and see.

Kami berharap, pemerintah bisa segera menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap USD,” ujar Ketua Persatuan Bank-Bank Nasional Swasta (Perbanas) Jatim Herman Halim kepada Radar Surabaya  kemarin (31/8).



Langkah wait and see dilakukan pihak perbankan untuk penyalurkan kredit di hampir semua sektor, seperti di kredit konsumsi maupun produktif.  Untuk menggairahkan penyaluran kredit di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, pihaknya berharap, pemerintah bisa membuat terobosan kebijakan yang cukup fundamental.

Hal itu perlu dilakukan agar daya beli masyarakat bisa tetap terjaga dan tidak turut menurun. Sebab, jika perbankan harus menunggu penyerapan proyek pemerintah, seperti pembangunan infrastruktur, hal itu belum bisa mempercepat untuk menggairahkan perekonomian.

“Sekarang yang perlu dilakukan pemerintah adalah menjaga agar kebutuhan pokok tidak ikut naik. Sebab, jelas dampak kenaikan BBM akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat,” papar pria yang juga menjabat direktur utama Bank Maspion tersebut.

Kebijakan fundamental yang bisa mendongkrak gairah ekonomi adalah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebab, harga minyak mentah dunia tengah lesu dan menurun. “Seharusnya, harga BBM bisa turun. Kebijakan menurunkan harga BBM tentu bisa menggairahkan roda perekonomian,” tutur Herman.

Sementara itu, berdasar data yang dirilis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur (BI Jatim) pada semester pertama 2015, kondisi bank umum di Jatim masih tumbuh terbatas. Baik dana pihak ketiga (DPK) maupun kredit.

DPK tumbuh 13,58 persen secara year-or-year (yoy). Lredit meningkat 11,08 persen secara yoy. Pertumbuhan tersebut masih lebih rendah daripada pertumbuhan bulan sebelumnya saat kredit mampu tumbuh 11,36 persen secara yoy dan DPK tumbuh 15,16 persen. (rud/c1/rif)

Boulevard

About Boulevard

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.